Faktor Kebugaran Jasmani
Faktor Kebugaran Jasmani
10 Unsur / Komponen Kebugaran Jasmani
Komponen kebugaran
jasmani secara garis besar dibagi menjadi 2 yakni:
- kesegaran
jasmani yang berhubungan dengan keterampilan (meliputi : kecepatan, daya ledak
otot, ketangkasan, keseimbangan dan koordinasi).
- kebugaran
jasmani yang berhubungan dengan kesehatan (meliputi : kekuatan otot, daya tahan
otot, kelenturan, daya tahan kardiorespirasi, dan komposisi tubuh). Hal ini
dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain umur, jenis kelamin, genetik, ras,
aktivitas fisik termasuk latihan dan kadar hemoglobin.
Menurut Yusnul Hairy (2001: 1.19) kebugaran jasmani tergantung pada dua komponen dasar, yakni:
a. Kesegaran Organik (Organic Fitnes)
Kesegaran organik yaitu sifat-sifat khusus yang harus dimiliki berdasarkan garis keturunan yang diwarisi oleh kedua orangtuanya atau bahkan generasi sebelumnya dan dipengaruhi oleh umur dan mungkin oleh keadaan sakit atau kecelakaan. Keadaan yang berhubungan dengan kesegaran organik sebenarnya bersifat statis dan sulit atau bahkan tidak mungkin utuk diubah.Tingkat kesegaran jasmani organik menentukan potensi-potensi kebugaran jasmani secara keseluruhan.
b. Kesegaran
Dinamik (Dynamic Fitness)
Kesegaran dinamik variabelnya lebih banyak. Kesegaran jasmani dapat dikembangkan/ditingkatkan dengan melakukan aktivitas fisik.Struktur dan sifat-sifat biologis yang mengalami peningkatan apabila melakukan suatu pelatihan fisik yang sesuai.
Menurut (Sajoto,
1988: 10) Komponen kesegaran jasmani terdiri dari beberapa unsur, antara
lain:
(1). Kekuatan
(strenght),
(2) daya tahan
(endurance),
(3) daya ledak
(explosive power),
(4) kelentukan
(flexibility),
(5) kecepatan
(speed),
(6) kelincahan
(agility),
(7) koordinasi
(coordination),
(8)
keseimbangan,
(9) ketepatan
(accuracy),
(10) reaksi (reaktion time).
1. Kekuatan
Kekuatan
adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuan dalam mempergunakan
otot-otot untuk menerima beban sewaktu bekerja (M. Sajoto, 1995:8). Kekuatan
adalah kemampuan untuk membangkitkan ketegangan otot terhadap suatu keadaan
(Garuda Mas, 2000 : 90). Kekuatan memegang peranan yang penting, karena
kekuatan adalah daya penggerak setiap aktivitas dan merupakan persyaratan untuk
meningkatkan prestasi. Dalam permainan sepak bola, kekuatan merupakan salah
satu faktor yang menentukan kemampuan permaian seseorang dalam bermain. Karena
dengan kekuatan seorang pemain akan dapat merebut atau melindungi bola dengan
baik (selain ditunjang dengan faktor teknik bermain yang baik). Selain itu,
dengan memiliki kekuatan yang baik dalam sepak bola, pemain dapat melakukan
tendangan keras dalam usaha untuk mengumpan daerah kepada teman maupun untuk
mencetak gol.
Cedera yang di akibatkan kekuatan adalah disaat otot di gunakan melebihi ambang batas kekutan yang dimiliki otot seseorang,cedera biasa terjadi karena seseorang melakukan angkatan beban melebihi ambang batas kemampuan yang dimilikinya, resiko terjadinya cedera itu sangat tinggi. Cedera yang paling ringan yang didapatkan adalah keseleo pada organ tubuh terutama tangan, dan juga bisa menyebabkan patah tuang karena terlalu memaksakan diri.
2. Daya Tahan
( Endurance )
Daya
tahan adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan ototnya untuk berkontraksi
secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu (M.
Sajoto, 1995:8). Daya tahan adalah kemampun untuk bekerja atau berlatih dalam
waktu yang lama, dan setelah berlatih dalam jangka waktu lama tidak mengalami
kelelahan yang berlebihan (Garuda Mas, 2000 : 89). Permainan sepak bola
merupakan salah satu permainan yang membutuhkan daya tahan dalam jangka waktu
yang cukup lama. Daya tahan penting dalam permainan sepak bola sebab dalam
jangka waktu 90 menit bahkan lebih, seorang pemain melakukan kegiatan fisik
yang terus menerus dengan berbagai bentuk gerakan seperti berlari, melompat,
meluncur (sliding), body charge dan sebagainya yang jelas memerlukan daya tahan
yang tinggi.
Cedera yang diakibatkan karena daya tahan bisa terjadi apabila apabila otot di gunakan secara terus menerus dan melebihi ambang batas kemampuan yang dimiliki, Cedera yang dapat kita alami apabila kurangnya daya tahan pada otot adalah : Kram Otot (Kejang Otot), Otot & Sendi Terkilir, Leher Kaku, Sakit Pinggang.
3. Daya Ledak
Otot ( Muscular Power )
Daya
otot adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang
dikerjakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (M. Sajoto, 1995:8). Daya otot
dipengaruhi oleh kekuatan otot, kecepatan kontraksi otot sehingga semua faktor
yang mempengaruhi kedua hal-hal tersebut akan mempengaruhi daya otot. Jadi daya
otot adalah kualitas yang memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk
melakukan kerja fisik secara tiba-tiba.
Dalam
permainan sepak bola diperlukan gerakan yang dilakukan secara tiba-tiba
misalnya gerakan yang dilakukan pada saat merebut bola. Pemakaian daya otot ini
dilakukan dengan tenaga maksimal dalam waktu singkat dan pendek. Orang yang
sering melakukan aktifitas fisik membuat daya ototnya menjadi baik. Daya otot
dipengaruhi oleh kekuatan otot dan kecepatan kontraksi otot sehingga semua
faktor yang mempengaruhi kedua hal tersebut akan mempengaruhi daya otot.
Cedera
yang dapat disebabkan oleh daya ledak otot ini adalah pengaruh yang diberikan
oleh kekuatan otot, kecepatan kontraksi otot yang di paksakan untuk menggunakan
kekuatan maksimum sehingga kontraksi otot melakukan mekanisme kerja secara
tiba-tiba yang dapat mengejutkan otot, dan dapat mengakibatkan kaku dan kejang
pada otot.
4. Kelentukan (Fleksibility)
Daya
lentur atau kelentukan adalah efektivitas seseorang dalam menyesuaikan diri
untuk segala aktivitas dengan pengukuran tubuh yang luas. Hal ini akan sangat
mudah ditandai dengan tingkat fleksibilitas persendian pada seluruh permukaan
tubuh (M. Sajoto, 1995:9). Kelentukan menyatakan kemungkinan gerak maksimal
yang dapat dilakukan oleh suatu persendian. Jadi meliputi hubungan antara tubuh
persendian umumnya tiap persendian mempunyai kemungkinan gerak tertentu sebagai
akibat struktur anatominya.
Gerak yang paling penting dalam
kehidupan sehari-hari adalah fleksi batang tubuh tetapi kelentukan yang baik
pada tempat tersebut belum tentu di tempat lain pula demikian (Dangsina
Moeloek, 1984 : 9). Dengan demikian kelentukan berarti bahwa tubuh dapat
melakukan gerakan secara bebas. Tubuh yang baik harus memiliki kelentukan yang
baik pula. Hal ini dapat dicapai dengan latihan jasmani terutama untuk
penguluran dan kelentukan.
Faktor
yang mempengaruhi kelentukan adalah usia dan aktifitas fisik pada usia lanjut
kelentukan berkurang akibat menurunnya aktifitas otot sebagai akibat berkurang
latihan (aktifitas fisik). Sepak bola memerlukan unsur fleksibility, ini
dimaksudkan agar pemain dapat mengolah bola, melakukan gerak tipu, sliding
tackle serta mengubah arah dalam berlari.
Cedera
yang di akibatkan karena kelentukan adalah otot yang tidak dapat meningkatkan
mobilitas pada pelaksanaan gerakan dan tidak dapan menyesuaikan gerakan
menyebabkan otot kaku dan pegal karena ketidak siapan otot untuk melakukan
gerakan yang membutuhkan kelentukan yang baik akibta tidak terbiasa dan tidak
melakukan peregangan yang maksimal.
5. Kecepatan (Speed)
Kecepatan adalah
kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk
yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (M.Sajoto, 1995:8). Oleh karena
itu seseorang yang mempunyai kecepatan tinggi dapat melakukan suatu gerakan
yang singkat atau dalam waktu yang pendek setelah menerima rangsang. Kecepatan
disini dapat didefinisikan sebagai laju gerak berlaku untuk tubuh secara
keseluruhan atau bagian tubuh. Faktor yang mempengaruhi kecepatan, antara lain
adalah : kelentukan, tipe tubuh, usia, jenis kelamin (Dangsina Moeloek, 1984 :
7-8).
Kecepatan adalah
kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk
yang sama dalam waktu yang sesingkatsingkatnya.
Kecepatan juga merupakan salah satu faktor yang menetukan kemampuan seseorang dalam bermain sepak bola. Pemain yang memiliki kecepatan akan dapat dengan cepat menggiring bola ke daerah lawan dan akan mempermudah pula dalam mencetak gol ke gawang lawan, selain itu kecepatan juga diperlukan dalam usaha pemain mengejar bola.
Cedera yang di
akibatkan kecepatan adalah tidak teraturnya frekuensi, jarak dan intensitas
gerakan yang dilakukan dengan memaksakan kemampuan yang dia miliki, dapat
menyebabkan cedera seperti nyeri dan sakit pada otot akibat dari kerja otot
yang paksa dapat mengakibatkan keram otot , hal ini terjadi ketika mekanisme
saraf yang seharusnya menghambat kontraksi otot menjadi tertekan.
6. Kelincahan (Agility)
Kelincahan
adalah kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu, seseorang yang
mampu mengubah satu posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan
koordinasi yang baik, berarti kelincahannya cukup baik (M. Sajoto, 1995:9).
Sedangkan menurut Dangsina Moeloek (1984 : 8) menggunakan istilah ketangkasan.
Ketangkasan adalah kemampuan merubah secara tepat arah tubuh atau bagian tubuh
tanpa gangguan pada keseimbangan. Kelincahan seseorang dipengaruhi oleh usia,
tipe tubuh, jenis kelamin, berat badan, kelentukan (Dangsina Moeloek, 1984 :
9).
Dari
kedua pendapat tersebut terdapat pengertian yang menitik beratkan pada
kemampuan untuk merubah arah posisi tubuh tertentu. Kelincahan sering dapat
kita amati dalam situasi permainan sepak bola, misalnya seorang pemain yang
tergelincir dan jatuh di lapangan, namun masih dapat menguasai bola dan
mengoperkan bola tersebut dengan tepat kepada temannya. Dan sebaliknya, seorang
pemain yang kurang lincah mengalami situasi yang sama tidak saja tidak mampu
menguasai bola, namun kemungkinan justru mengalami cedera karena jatuh.
Cedera
yang di akibatkan kelincahan Ada bebarapa faktor yang dapat menyebabkan
seseorang cedera jika melakukan gerakan yang membutuhkan kelincahan, salah satu
faktor yaitu usia, seseorang yang memiliki usia senja otot yang ia miliki sudah
tidak mampu melakukan gerakan secara maksimal, karena mekanisme kerja otot yang
sudah tidak terbiasa dan tidak mampu bergerak secara cepat dan lincah yang
dapat menyebabkan keram otot dan sakut pada persendian.
7. Koordinasi
Kordinasi
adalah kemampuan seseorang dalam melakukan dua gerakkan atau lebih secara
bersamaan, hal ini sesuai dengan pendapat ahli, sebagai berikut:
Koordinasi adalah kemampuan kemampuan seseorang untuk
mengintegrasi-kan bermacam-macam gerakan yang berbeda dalam pola getakan
tunggal secara efektif (Sajoto, 1988: 43).
Ismaryati (1993, 53) kelincahan didefinisikan sebagai
hubungan yang harmonis dari hubungan saling pengaruh di antara
kelompok-kelompok otot selama melakukan kerja yang ditunjukkan sebagai tingkat
keterampilan.
Cedera
yang di akibatkan karena kordinasi adalah disaat seseorang tidak memiliki
kemampuan dalam mensugesti otaknya untuk melakukan dua atau lebih geakan secara
bersamaan maka orang tersebuat akan merasakan kaku pada sendi maupun kram pada
sendi, ini biasa terjadi paa olahraga renang.
8. Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan
adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan organ-organ syaraf otot (M.
Sajoto, 1995:9). Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh yang
pada saat melakukan gerakan tergantung pada kemampuan integrasi antara kerja
indera penglihatan, kanalis semisis kuralis pada telinga dan reseptor pada
otot. Diperlukan tidak hanya pada olah raga tetapi juga dalam kehidupan
sehari-hari (Dangsina Moeloek, 1984 : 10).
Keseimbangan
ini penting dalam kehidupan maupun olah raga untuk itu penting dimana tanpa
keseimbangan orang tidak dapat melakukan aktivitas dengan baik. Seorang pemain
sepak bola apabila memiliki keseimbangan yang baik, maka pemain itu akan dapat
mempertahankan tubuhnya pada waktu menguasai bola. Apabila keseimbangannya baik
maka pemain tersebut tidak akan mudah jatuh dalam perebutan bola maupun dalam
melakukan body contact terhadap pemain lawan.
Cedera
yang di akibatkan karena keseimbangan adalah di saat seseorang melakukan
lompatan, dan di saat melakukan pendaratan ia tidak memiliki keseimbangan maka
akan menyebabkan salah jatuh dan keseleo, bahkan tubuhnya akan terhempas
langsung ke tanah.
9. Ketepatan (Accuracy)
Ketepatan
adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerakan-gerakan bebas terhadap
suatu sasaran, sasaran ini dapat merupakan suatu jarak atau mungkin suatu obyek
langsung yang harus dikenai dengan salah satu bidang tubuh (M. Sajoto, 1995:9).
Dengan latihan atau aktivitas olahraga yang menuju tingkat kesegaran jasmani
maka ketepatan dari kerja tubuh untuk mengontrol suatu gerakan tersebut menjadi
efektif dan tujuan tercapai dengan baik. Ketepatan dalam sepak bola merupakan
usaha yang dilakukan seorang pemain untuk dapat mengoperkan bola secara tepat
pada teman, selain itu juga dapat melakukan shooting ke arah gawang secara
tepat untuk mencetak gol.
Cedera
yang dapat disebabkan oleh ketepatan adalah disaat seseorang tidak memiliki
konsentrasi yang baik dan tidak mampu fokus terhadap sasaran atau tujuan yang
akan di tuju akan mengakibatkan otak bekerja lebih berat dalam menyiapkan
pengatuan syaraf dan indera untuk penguasaan teknik dalam menggerakan gerakan
yang menyebabkan proses otak lambat sehingga menyebabkan pusing.
10. Reaksi (Reaction)
Reaksi
adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menghadapi
rangsangan yang ditimbulkan lewat indera, syaraf atau rasa lainnya. Status
kondisi fisik seseorang dapat diketahui dengan cara penilaian bentuk tes
kemampuan (M. Sajoto, 1995:10). Reaksi dapat dibedakan menjadi tiga macam
tingkatan yaitu reaksi terhadap rangsangan pandang, reaksi terhadap pendengaran
dan reaksi terhadap rasa.
Seorang
pemain sepak bola harus mempunyai reaksi yang baik, hal ini dimaksudkan agar
pemain mampu untuk bergerak dengan cepat dalam mengolah bola. Biasnya reaksi
sangat di butuhkan oleh seorang penjaga gawang untuk menghalau bola dari
serangan lawan, akan tetapi semua pemain dituntut juga harus mempunyai reaksi
yang baik pula.
Cedera yang ditimbulkan karena kecepatan reaksi adalah di saat kita terkena panas atau sulutan api, apabila kita tidak memiliki kecepatan reaksi maka organ tubuh kita akan merasakan panas yang berlebihan, contoh lain adalah disaat bola mengarah ke wajah penjaga gawang,dan penjaga gawang tersebut tidak memiliki kecepatan reaksi maka bola tersebut akan mengenai wajah penjaga gawan dan dapat menyebabkan pendarahan pada hidung nya, bahkan bisa menyebabkan patah pada tulang hidung sang penjaga gawang.
Faktor Kondisi
Psikologi
1. Pengertian
Kondisi Psikologis
Kondisi
yaitu persyaratan atau keadaan (Poermadarmita, 1976 : 519). Psikologis berawal
dari kata psikologi, menurut Yusuf (dalam sumber, terlampir) Psikologi adalah
ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya,
mulai dari perilaku sederhana sampai yang kompleks.
Dengan
kata lain, tujuan umum dari psikologi olahraga adalah untuk membantu seseorang
agar dapat menampilkan prestasi optimal, yang lebih baik dari sebelumnya. maka
dapat disimpulkan maksud dari kondisi psikologis disini yaitu kondisi kejiwaan
atlet. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi psikologis yaitu kondisi
kejiwaan atlet, dalam hal ini nampak dalam perilaku atlet sebelum, sesaat dan
setelah bertanding.
Psikologi
Olahraga menurut para ahli sebagai berikut :
Psikologi
olahraga merupakan bidang dalam psikologi yang memanfaatkan prinsip, konsep,
fakta, dan metode psikologi dan menerapkannya dalam aspek-aspek aktivitas
olahraga seperti aspek belajar, keterampilan, penampilan, pelatihan, dan
pengembangan. (Bucher dalam Apruebo, 2005)
a. Psikologi
olahraga adalah ilmu yang mempelajari tentang faktor-faktor psikologis yang
mempengaruhi partisipasi dalam olahraga dan latihan serta pengaruh-pengaruh
psikologis yang diperoleh dari partisipasi olahraga tersebut. (Williams dan
Straub, 1993)
b. Psikologi
olahraga adalah studi ilmiah tentang individu dan perilakunya dalam olahraga
dan latihan. (Gould dan Weinberg, 1995)
c. Psikologi
olahraga adalah sebuah bidang kajian yang menerapkan prinsip-prinsip psikologi
dalam setting olahraga. (Kontos dan Feltz, 2008)
d. Psikologi
olahraga adalah sebuah bidang kajian yang menerapkan prinsip-prinsip psikologi
dalam setting olahraga, baik penampilan individual maupun tim, ditandai oleh
sejumlah interaksi dengan individu lain dan situasi-situasi eksternal yang
menstimulasinya. (Singer, 1980; Sudibyo, 1989)
Jadi psikologi
olahraga secara umum adalah :
Ilmu yang
mempelajari kejiwaan dan tingkah laku para pelaku olahraga baik atlet,
official, pelatih, dan juga suporter. Dan memahami aspek-aspek psikologi
melalui olahraga.
2. Aspek-aspek
Psikologis yang Berperan dalam Olahraga
Pengaruh
faktor psikologis pada atlet akan terlihat dengan jelas pada saat atlet
tersebut bertanding. Berikut ini akan diuraikan beberapa masalah psikologis
yang paling sering timbul di kalangan olahraga, khususnya dalam kaitannya
dengan pertandingan dan masa latihan.
1.Berpikir Positif
Berpikir
positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang mengarahkan sesuatu ke arah
positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh
atlet, tetapi terlebih-lebih bagi pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan
diri berpikir positif, maka akan berpengaruh sangat baik untuk menumbuhkan rasa
percaya diri, meningkatkan motivasi, dan menjalin kerja sama dengan berbagai
pihak. Berpikir positif merupakan modal utama untuk dapat memiliki ketrampilan
psikologis atau mental yang tangguh.
2. Motivasi
Motivasi
dapat dilihat sebagai suatu proses dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu
sebagai usaha dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi yang kuat menunjukkan
bahwa dalam diri orang tersebut tertanam dorongan kuat untuk dapat melakukan
sesuatu.
Ditinjau
dari fungsi diri seseorang, motivasi dapat dibedakan antara motivasi yang
berasal dan luar (ekstrinsik) dan motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri
(intrinsik). Dengan pendekatan psikologis diharapkan atlet dalam setiap
penampilannya dapat memperlihatkan motivasi yang kuat untuk bermain
sebaik-baiknya, sehingga dapat memenangkan pertandingan.
3. Emosi
Faktor-faktor
emosi dalam diri atlet menyangkut sikap dan perasaan atlet secara pribadi
terhadap diri sendiri, pelatih maupun hal-hal lain di sekelilingnya.
Bentuk-bentuk emosi dikenal sebagai perasaan seperti senang, sedih, marah,
cemas, takut, dan sebagainya. Bentuk-bentuk emosi tersebut terdapat pada setiap
orang. Akan tetapi yang perlu diperhatikan di sini adalah bagaimana kita
mengendalikan emosi tersebut agar tidak merugikan diri sendiri.
4. Kecemasan
dan Ketegangan
Kecemasan biasanya
berhubungan dengan perasaan takut akan kehilangan sesuatu, kegagalan, rasa
salah, takut mengecewakan orang lain, dan perasaan tidak enak lainnya.
Kecemasan-kecemasan tersebut membuat atlet menjadi tegang, sehingga bila ia
terjun ke dalam pertandingan maka dapat dipastikan penampilannya tidak akan
optimal. Untuk itu, telah banyak diketahui berbagai teknik untuk mengatasi
kecemasan dan ketegangan yang penggunaannya tergantung dari macam kecemasannya.
5. Kepercayaan
Diri
Dalam
olahraga, kepercayaan diri sudah pasti menjadi salah satu faktor penentu
suksesnya seorang atlet. Masalah kurang atau hilangnya rasa percaya diri
terhadap kemampuan diri sendiri akan mengakibatkan atlet tampil di bawah
kemampuannya. Karena itu sesungguhnya atlet tidak perlu merasa ragu akan
kemampuannya, sepanjang ia telah berlatih secara sungguh-sungguh dan memiliki
pengalaman bertanding yang memadai.
6. Komunikasi
Komunikasi
yang dimaksud adalah komunikasi dua arah, khususnya antara atlet dengan
pelatih. Masalah yang sering timbul dalam hal kurang terjalinnya komunikasi
yang baik antara pelatih dengan atletnya adalah timbulnya salah pengertian yang
menyebabkan atlet merasa diperlakukan tidak adil, sehingga tidak mau bersikap
terbuka terhadap pelatih. Akibat lebih jauh adalah berkurangnya kepercayaan
atlet terhadap pelatih.
7. Konsentrasi
Konsentrasi
merupakan suatu keadaan di mana kesadaran seseorang tertuju kepada suatu obyek
tententu dalam waktu tertentu. Makin baik konsentrasi seseorang, maka makin
lama ia dapat melakukan konsentrasi. Dalam olahraga, konsentrasi sangat penting
peranannya. Dengan berkurangnya atau terganggunya konsentrasi atlet pada saat latihan,
apalagi pertandingan, maka akan timbul berbagai masalah.
8. Evaluasi
diri
Evaluasi
diri dimaksudkan sebagai usaha atlet untuk mengenali keadaan yang terjadi pada
dirinya sendiri. Hal ini perlu dilakukan agar atlet dapat mengetahui kelemahan
dan kelebihan dirinya pada saat yang lalu maupun saat ini. Dengan bekal
pengetahuan akan keadaan dirinya ini maka pemain dapat memasang target latihan
maupun target pertandingan dan cara mengukurnya.
Kegunaan
lainnya adalah untuk mengevaluasi hal-hal yang telah dilakukannya, sehingga
memungkinkan untuk mengulangi penampilan terbaik dan mencegah terulangnya
penampilan buruk (Sumber, terlapir).
Komentar
Posting Komentar